Tukang Bakso Sedekah 250jt


Sumber : http://donkissotes.blogspot.com
Kisah ini dialami oleh seorang Samsul (60) tahun. Sejak lama dia telah merencanakan ibadah haji ke tanah suci. Berbagai persiapan telah dilakukannya karena dia ingin berziarah ke makam Rosululloh agar dia bertambah semangat dalam bekerja. Selain itu, dia juga rajin menabung. Hampir semua penghasilan dari jerih payahnya selaku penjaja kelling Bakso selalu ditabung untuk biaya naik haji.

Selama sepuluh tahun, Samsul merencanakan dan menyiapkan hal tersebut. Sebab, selain persoalan biaya haji yang besar, terkadang jumlah kuota haji juga sudah penuh untuk beberapa tahun berikutnya.
Menjelang tahun ke tiga dari sepuluh tahun rencananya untuk cita-cita berhaji. Samsulmembayangkan bagaimana tingkatan dia sebagai tukang Bakso keliling bisa berhaji, setahu Samsulberhaji adalah bagi orang yang mampu saja. Uang tabungan sudah mencapai 15 juta dari hasi kerja kerjanya. Sehingga nilai tabungan sudah mendekati limit dari ongkos haji yang ditentukan yaitu 30 juta. Tiba-tiba salah satu saudaranya meminjam uangnya untuk keperluan menambah modal dan berniat mengembalikan uang itu dalam waktu dua bulan. Tapi kenyataan yang terjadi, waktu yang dijanjkan dua bulan berubah menjadi dua tahun. Begitu masuk dua tahun ternyata uang yang dijanjikan kembali hanya 10 juta. Itu saja harus dengan proses menagih-nagih terus seperti seorang debt kolektor.

Samsul harus mencari lagi 20 juta sebelum jatuh tempo. Sungguh suatu perjuangan yang menyedihkan. Berbagai hal dilakukannya untuk menutup pelunasan biaya haji dan salah satunya dengan cara berhutang. Sementara itu dia juga harus menyediakan biaya untuk anak-anak dan istrinya yang ditinggalkan selama berhaji.Terlebih lagi sesuai dengan tradisi di daerah Samsul, bahwa orang yang akan pergi berhaji, maka setiap hari selama satu bulan menjelang pemberangkatan akan menerima banyak tamu, teman, tetangga. Sehingga Samsul praktis harus menyiapkan jamuan meskipun hanya air minum. Tentu saja semua itu memerlukan biaya tidak sedikit dan akhirnya dia terpaksa berhutang kepada Haji  Zarkoni sebesar 25 juta, suatu jumlah uang yang tidak sedikit bagi seorang penjual bakso.

"Berangkat haji dengan biaya hutang ? Bagaimana hukum membolehkannya ?" Kata temannya mengejek. Tapi semangat dan kegigihan Samsul membuatnya tidak perduli dengan berbagai kenyataan yang menghimpit dan mencemoohkannya. "Jujur saja, kenyataan jauh lebih penting dari pada menyerah dan menunda pergi haji di tahun depan. Sebab saya belum tentu mempunyai kesempatan di tahun depan." Kata Samsul meyakinkan.

Akhirnya Samsul bisa berangkat haji dengan biaya hutang yang akan dia bayar setelah pulang dari tanah suci. Tibalah saat jemaah akan segera diberangkatkan. Ketika itu sistem pemberangkatan haji tidak diatur oleh Pemerintah Daerah, tetapi jemaah langsung berangkat ke Bandara terdekat.

Puluhan mobil mengantar kepergian Samsul ke Bandara Adi Sumarmo Solo, kegembiraan tersirat dari raut wajah Samsul, termasuk para tetangga dan sanak saudaranya karena Samsul bisa berangkat haji. Meskipun Samsul menangis dalam hati karena dia harus meninggalkan anak-anak, istri serta teringat dengan hutang yang harus segera dibayarkan setelah kepulangannya. Perasaan haru, bahagia dan sedih berkecamuk dalam
hatinya. Dia sesekali menoleh kebelakang untuk menatap sanak saudaranya yang mengatarkan kepergianya

Dari kejauhan tampak sanak saudaranya dan tetangganya meneteskan air mata. "Ya Alloh, engkau memanggilku untuk ke tanah suci hari ini. Ya Alloh terima kasih atas kelimpahan rahmat dan kesempatan ini." Kata Samsul berdoa dalam hatinya. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar sayup-sayup suara haji Zarkoni, orang yang telah memberinyanya pinjaman 25 juta. "Samsul selamat jalan, hati-hati. kami mendoakanmu." Samsul segera melambaikan tangan ke arah Haji Zarkoni yang sudah berkali-kali berangkat haji.  Pada saat sedang melambaikan tangannya lagi, terdengar suara haji Zarkoni lagi. "Selamat jalan, jangan lupa hutangnya dibayar setelah pulang nanti ya?"

"Astaghfirullahha azhim, Subhannalloh," Kata Samsul beritighfar sambil bertasbih. Hatinya terasa gelisah oleh kata-kata Haji Zarkoni yang terakhir.
"Ya Alloh, aku malu kepadamu. Aku datang ke tanah sucimu dengan uang hutang," kata Samsul yang menangis lirih dalam hati. Samsul berusaha menenangkan diri dengan penuh keyakinan bahwa sepulang pergi haji, Alloh SWT pasti akan segera memberikan rezeki untuk bisa membayar hutangnya.
Sesampainya di tanah suci Samsul tidak menyianyiakan kesempatan untuk beribadah dan berdoa secara khusuk. Bahkan dia berdoa secara khusus supaya Alloh SWT memberikan anugerah rezeki agar dia bisa melunasi hutangnya ketika tiba di tanah air nanti. Dia juga berniat bahwa segala bentuk ibadah akan dilakukannya di tanah suci demi meraih keridhaan Alloh SWT..

Tugas apapun dalam ibadah tidak satupun dilewatkan Samsul, bahkan menolong orang lainpun seperti membawakan sesuatu dijalaninya dengan ikhlas. Dia tidak canggung untuk segera melaksanakan tanpa pamrih. Dia hanya yakin bahwa keridhaan Alloh SWT akan tiba jika dia melegakan dan memudahan urusan hambanya. Samsul sering membantu jemaah lainnya yang sudah tua dan kerepotan dalam melaksanakan ibadah.

Rupanya Alloh SWT mendengarkan doa SamsulSamsul kini sudah menyelesaikan rangkaian ibadah haji. 
Sesampainya di kampung halaman, dia dijemput oleh sanak saudaranya dengan puluhan truk mobil pengantar jemaah yang sudah antri ingin menyalaminya di alun-alun. Warganyapun sudah menunggu di rumahnya dan di sepanjang jalan yang akan dilewatinya. Hal ini bisa dimaklumi karena baru ada tiga orang yang bisa naik haji dalam sejarah kampung itu. Apalagi Samsul adalah salah satu jemaah yang berlatar belakang sebagai penjual bakso keliling desa.

Semakin hari rupanya semakin besar pula beban yang harus Samsul tanggung. Bukan saja beban moral sebagai seorang haji, tapi juga beban bertambah karena Samsul sudah dipandang sebagai tokoh dan orang yang terhormat di kampungnya. Dalam tradisi kampungnya, orang yang kaya yang memiliki kewajiban sosial lebih tinggi dibandingkan dengan warga biasa, seperti dalam hal iuran pembangunan masjid atau musholla maupun jenis kegiatan sosial lain.

"Setelah menjadi haji, ternyata tanggung jawab saya kepada Alloh SWT dan masyarakat semakin besar." Kata Samsul suatu kali bercerita kepada Jamil, teman dekatnya.  Ternyata rahmat Alloh SWt telah ditetapkan untuknya.  Samsul tidak pernah menyadari satu bulan setelah pulang dari tanah suci, Samsul sering kedatangan tamu untuk meminta didoakan.  Bahkan, tidak saja orang yang sedang berperkara, bahkan tidak sedikit pula orang yang sedang memiliki hajat untuk membuka usaha dan memulai karir bisnis serta orang-orang yang sedang menderita penyakit.

Allohuakbar...Subhanalloh.... Samsul tidak pernah memohon hal seperti itu kepada Alloh SWT. Dia juga tidak pernah belajar tentang ilmu tabib ataupun kedokteran. Dia juga tidak pernah belajar tentang ilmu hikmah. Hal yang bisa dilakukannya hanyalah menjalani hidup dengan penuh ketulusan. Yang menjadi keheranan Samsul, hampir setiap orang yang pernah meminta didoakannya hampir semua hajatnya dikabulkan dengan ijin Alloh SWT. Bahkan mereka yang menderita penyakit beratpun bisa disembuhkan.

Setiap orang yang bersilaturahmi kepada Samsul selalu memberikan sesuatu, baik berupa oleh-oleh maupun uang. Semakin lama ternyata semakin banyak orang yang bersilaturahmi dan memohon doa darinya. Di beberapa desa tetangga, Samsul sudah dikenal sebagai seorang kyai, meskipun tetangga desanya tahu jika Samsul hanyalah tukang Bakso keliling desa.

Meskipun demikian Samsul tetap bekerja sebagai tukang Bakso, bahkab dia sangat rendah hati dan tidak sombong serta hidupnya tetap sederhana. Bahkan uang yang diterimanya dari orang-orang yang datang ke rumahnya tidak dipakainya untuk keperluan rumah tangganya tetapi justruSamsul sedekahkan kepada para tetangga dan orang-orang miskin di sekelilingnya.

Suatu ketika Samsul kedatangan tamu salah seorang calon wakil gubernur Jawa Tengah yang hendak mencalonkan diri. Dia datang ke tempat Samsul untuk meminta doa. Begitu pulang, calon pejabat tersebut menyerahkan uang senilai 250 juta. Jumlah uang yang tidak pernah dilihatSamsul selama hidupnya. "Ada apa ini..?" Tanya Samsul penuh haru. "Ya Alloh...doaku padamu selama ini hanya kepingin dapat membayar hutangku, rupanya engkau memberikannya berlipat ganda.." Samsul menganggap hal ini sebagai cobaan, Dia sedekahkan uangnya semua sejumlah 250 juta itu ke panitia Pembangunan Gedung Taman Pendidikan Al-Qur'an di desanya. "Amalku akan mengalir selamanya walau saya mati nanti.." Begitu Samsul dalam hati.

Orang-orang begitu tercengang dengan perilaku Samsul itu, yang tidak silau dengan harta. Tapi apa yang terjadi? Haji Zarkoni mengetahui bahwa Samsul telah menyerahkan sedekah ratusan juta ke Yayasan Pendidikan Al-Quran itu. Haji Zarkonipun marah karena Samsul semestinya mengembalikan seluruh hutangnya sebesar 25 juta kepadanya."Saya berjanji mengembalikan hutang saya ya dari jualan Bakso saya Pak Haji, bukan dari pemberian orang yang meminta tolong." Tukas Samsul.
Diluar dugaan ternyata ada keajaiban yang datang saat Samsul sedang berpikir cara mencari uang yang diridhai Alloh SWT,  Suatu saat Samsul mendapat kiriman cek dari salah seorang tamunya yang kini sukses sebagai saudagar kaya di luar Jawa.  Cek itu ternyata sumbangan dari Burhan AS, pengusaha kaya di Makasar yang pernah didoakan oleh Samsul. Dalam cek tersebut tertulis jumlah uang senilai 50 juta rupiah.

Maha suci Allh, ternyata Alloh SWT benar-benar mencukupi kebutuhan Samsul setelah dia ikhlas menyerahkan seluruh hartanya di jalan Alloh. Sedekahnya telah menjadi penolong ketika dia dikejar-kejar Haji zarkoni untuk melunasi hutangnya. Samsul tidak pernah menerima sesuatu yang tidak pernah dimintanya.

Hal yang dimintanya hanyalah Alloh SWT memberinya rezeki untuk membayar tanggungan hutangnya sebesar 25 juta, ternyata Alloh SWT memberinya jauh lebih banyak dari sesuatu yang dimintanya

...Subhanalloh....

No comments:

Post a Comment